Setangkai bunga sedap malam tertancap di potongan batu karang, persis menghadap laut lepas, Samudra Indonesia, di Pantai Sembukan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Semburat sinar kuning keemasan terlihat, kala mentari mengintip dari sela batu karang, Jumat (1/5) lalu pukul 05.15.
Sesajian ubo rampe terlihat di sebuah tempat meditasi yang berada di sebuah bukit ketinggian 142 meter dari permukaan laut, persis di bibir tebing. Deburan ombak di laut lepas terdengar kencang di situ. Kerlip bintang yang menggantung di langit Pantai Sembukan menjadi satu-satunya cahaya penerangan melalui jalan setapak yang diapit tebing karang dan laut lepas.
Fajar mulai menyingsing. Di sebuah masjid yang berdiri di atas sebuah bukit, tak jauh dari tempat meditasi, seorang laki-laki terlihat masih terlelap. Saat Tim Ekspedisi Susur Selatan Jawa 2009 mendekat, Suroto (63), warga Paranggupito, terjaga.
Dia mengaku, sejak Kamis sore hingga dini hari berdoa di masjid itu, menyampaikan permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Kegiatan ini rutin dilakukan, jauh sebelum masjid itu dibangun Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi tahun 2004. “Saya memohon keselamatan anak cucu. Di sini sangat tenang. Tidak ada suara-suara yang mengganggu,” tutur Suroto.
Tidak mudah mencapai tempat meditasi dan masjid tersebut. Untuk tiba di tempat ini, pengunjung harus melewati Pendopo Pantai Sembukan dan melewati 243 anak tangga. Tak jauh dari bukit itu, dekat pendopo, terdapat petilasan Mangkunegara I atau Raden Mas Said yang dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa.
Pantai Sembukan diyakini memiliki aura spiritualitas yang tinggi. Sucipto (50), salah satu tokoh masyarakat setempat, menyatakan, pantai ini kerap didatangi pejabat tinggi negara, baik tingkat provinsi maupun pusat, untuk bermeditasi. Meditasi biasanya dilakukan di ruang khusus yang diyakini menghubungkan jagat manusia dengan Kanjeng Ratu Kidul. Bahkan, salah seorang calon Gubernur Jawa Tengah, sebelum bertarung dalam pemilihan gubernur, turut bertandang ke pantai itu.
“Saat pemilu legislatif, pantai ini ramai sekali dengan caleg yang meminta didoakan agar lolos. Ada sekitar 30 orang caleg yang datang,” ungkap Sucipto.
Di Pantai Sembukan yang berada tepat di ujung Selatan, Kabupaten Wonogiri, ini setiap tahun digelar upacara ritual atau selamatan yang dikenal “Labuhan Ageng Sembukan”. Ritual ini digelar Pemerintah Kabupaten Wonogiri dan Keraton Surakarta bersama masyarakat setempat setiap bulan Sura di Pantai Sembukan, Desa Paranggupito.
Pantai Sembukan ini “dipercaya” warga setempat sebagai pintu gerbang ke -13 kerajaan Ratu Kidul. Konon, pantai ini selalu dilewati Kanjeng Ratu Kidul saat bertemu dengan raja-raja dari Kasunanan Surakarta. Oleh karena itu tempat ini dianggap keramat, dan tidak boleh sembarang orang masuk ke pantai ini.
Demikian kuatnya mitos Kanjeng Ratu Kidul di daerah ini. Tak heran jika di laut selatan masyarakatnya banyak menjadi nelayan, di Paranggupito sebagian besar masyarakat justru menjadi petani yang mengolah ladang. Hanya sebagian kecil warga yang berkeinginan menjadi nelayan.
Arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, menilai tantangan alam yang berat di laut selatan membuat laut ini lebih banyak diposisikan sebagai area yang bersifat mitos, ketimbang menjadi tempat
eksplorasi ekonomi seperti di laut utara. Masyarakat pesisir laut selatan pun terkooptasi dengan tradisi mitos.
Pantai-pantai di laut selatan tidak banyak dieksplorasi, tetapi dianggap sebagai tempat membuka kontak dengan penguasa laut selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar