Sebagian masyarakat Indonesia meyakini bahwa "Ratu Adil" atau Satrio Piningit ialah sosok pemimpin yang mampu membawa Nusantara atau Bangsa Indonesia menuju negara yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo (kaya sumber daya alam dan subur, aman, tentram, dan sejahtera). Bung Karno Sang Proklamator Bangsa Indonesia pun di suatu kesempatan pernah menyatakan bahwa, kelak suatu saat nanti Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh seorang "Ratu Adil" atau Satrio Piningit yang mampu membawa Bangsa Indonesia menuju zaman keemasan.
"Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil". Apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan, datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap. "Kapan, kapankah matahari terbit?" (Soekarno, 1930), dalam bukunya Indonesia Menggugat.
Bila mengikuti alur ramalan Prabu Sri Jayabaya tentang keadaan Nusantara, di suatu masa di masa datang, akan ada suatu masa yang penuh bencana. Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas.
Tetapi, setelah masa yang paling berat itu akan datang zaman baru. Zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman keemasan nusantara. Dan, zaman baru itu akan datang setelah datangnya sang "Ratu Adil" atau Satrio Piningit.
Banyaknya berbagai bencana dan persoalan bangsa Indonesia yang datang dan pergi silih berganti apakah pertanda bahwa bangsa Indonesia tengah memasuki suatu masa yang disebut zaman "Kala Bendhu". Suatu zaman yang digambarkan dengan kekacauan dan pengrusakan yang demikian dahsyat. Kedahsyatan itu sering pula dinamakan dengan masa "Goro-goro" yang digambarkan dengan "bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap", bumi mengalami kegoncangan yang dahsyat hingga langit menjadi tergetar.
Suatu masa yang disebut zaman "Kala Bendhu" atau "Goro-goro" ini sebagai awal akan datangnya suatu zaman keemasan dengan datangnya seorang pemimpin yang disebut "Ratu Adil" atau Satrio Piningit. Membawa Bumi Nuswantoro atau Musantara ke masa kejayaan, di mana kebenaran akan jaya: "suro diro joyodiningrat lebur dening pangastuti" atau "semua angkara murka atau tindak kejahatan akan kalah dengan keluhuran budi", dan dalam terminologi Islam disebut: "idza jaal haqqu wazahaqal bathil, innal batila kana zahaqu".
Ratu Adil atau Satrio Piningit
Kita mungkin dengan diam-diam atau bahkan dengan terbuka berharap kelak Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki berbagai keutamaan yang oleh kepercayaan masyarakat Jawa disebut "Ratu Adil" atau Satrio Piningit.
Kelak akan datang seorang "Ratu Adil" atau Satrio Piningit yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan serta mengangkat derajat dan martabat manusia (versi Jayabaya). Akan muncul pemuda pilihan Tuhan dari tanah suci yang menaklukkan bumi di seluruh bagian barat dan timur (versi Nostradamus). Akan hadir keturunan Nabi yang nama dan gelarnya seperti Nabi yang menerangi bumi dengan keadilan. Kerajaannya menyerupai Nabi Sulaiman dan Iskandar Zulkarnain (versi Hadeis).
Sifatnya yang lemah lembut, penuh perasaan, dan kasih sayang layaknya seorang ratu yang memerintah. Sifatnya yang juga adil dalam menjalankan hukum dan persamaan derajat membuat dia disebut sebagai "Ratu Adil" karena dia adalah keadilan itu sendiri.
Istilah "Ratu Adil" atau Satrio Piningit baru dikenal pada zaman pujangga Kraton Mataram di Surakarta. Pada sekitar tahun 1830-1873 Masehi meskipun sebelumnya telah ada Jangka Tanah Jawa yang merupakan mahakarya Prabu Sri Jayabaya pada masa keemasannya di Kerajaan Kediri (1135-1157 M).
Prabu Sri Jayabaya menyebut dalam ramalannya: "marga sirapih, rawuhnya, nata ginaib sanyata, wiji sijilane utama, ingapuran naranata, kang kapisan, karanya, adenge tanpa sarana, nagdom, makduming srinata, sonya rutikedannya". Artinya: kedatangan pemimpin baru tidak terduga. Seperti muncul secara gaib dan mempunyai sifat-sifat utama.
Munculnya yang tidak terduga dan sifat-sifat keutamaan pemimpin baru yang dalam Jangka Tanah Jawa Jayabaya diyakini akan mengakhiri zaman "Kolo Bendhu". Besar kemungkinan oleh R Ng Ronggowarsito dicoba untuk dihadirkan sosoknya secara lebih jelas dengan mengartikannya sebagai "Ratu Adil" atau Satrio Piningit dengan berbagai sifat-sifat keutamaannya.
Segala sifat adil "Ratu Adil" atau Satrio Piningit yang berarti satria yang masih tersembunyi itu digambarkan oleh R Ng Ronggowarsito sebagai tunjung putih semune pudhak sinumpet. Artinya, tokoh yang masih suci bagaikan bunga teratai putih yang harum semerbak laksana bunga pandan yang tersembunyi di kelebatan daunnya.
"Ratu Adil" atau Satrio Piningit sebagaimana dimaksud dalam Jangka Tanah Jawa Prabu Sri Jayabaya --R Ng Ronggowarsito tersebut digambarkan serba sempurna. Keadilan dan kebijaksanaannya bisa diterima semua kalangan. Seperti tersirat pada penjelasan R Ng Ronggowarsito berikutnya: "wadya punggawa sujud sadya, tur padha rena prentahe". Artinya, rakyat dan para pembesar dengan senang hati menerima segala keputusannya dan tunduk terhadap perintahnya.
R Ng Ronggowarsito mempertegas lagi dengan mengatakan, "Ratu Adil" atau Satrio Piningit itu tak membebani kehidupan rakyatnya. Sebagaimana tersurat pada bait ramalan selanjutnya, "wong deso iku wedale kang duwe pajak sewu pan sinuda dening narpati mung metu satus dinar". Artinya, pajak yang dibebankan kepada rakyat dikurangi dari seribu menjadi hanya seratus dinar.
"Ratu Adil" atau Satrio Piningit diramalkan akan muncul secara tak terduga ketika zaman dalam keadaan kacau atau zaman "Kolo Bendhu", dan membuka zaman baru, "Kolo Subo". Ramalan ini telah pula disebutkan dalam Jangka Tanah Jawa Prabu Sri Jayabaya dalam bait "saking marmaning Hyang Sukma, zaman kolobendhu sirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata, ing kono raharjaniro, karaton ing Tanah Jawa mamalaning bumi sirna, sirep dur angkara murka". Artinya: atas kehendak Tuhan, zaman kolobendhu hilang berganti zaman kemakmuran, hilang kutukan bumi dan angkara murka mereda. R Ng Ronggowarsito menyebut zaman Kolo Bendhu dengan zaman edan dalam serat kalatidha.
Kepemimpinan yang Amanah
Mengikuti berbagai ciri-ciri keutamaan dan gambaran tentang "Ratu Adil" atau Satrio Piningit dalam ramalan Prabu Sri Jayabaya dan R Ng Ronggowarsito dapatlah kita meyakini bahwa pemimpin yang menjadi dambaan rakyat itu adalah sosok pemimpin yang amanah (dipercaya). Pemimpin yang mewarisi kepemimpinan nabi yang kepribadiannya merupakan penyatuan nur dan cahaya illahi.
Pemimpin yang melanjutkan atau mewarisi kepemimpinan nabi itu tentu bisa jadi adalah seorang pemimpin yang sekaligus memiliki sifat-sifat keulamaan. Karena, ulama adalah pewaris nabi. Bisa jadi pada diri tokoh pemimpin itu yang dalam terminologi Jawa disebut "Ratu Adil" atau Satrio Piningit adalah tokoh yang menyatu pada dirinya sebagai umara dan ulama.
Bila menggambarkan sosok "Ratu Adil" atau Satrio Piningit sebagaimana yang meyakini adanya Imam Mahdi sebelum datangnya Dajjal maka dalam pemahaman ini Al Quran tidak pernah menyebut tentang Imam Mahdi yang datang menolong umat manusia dari datangnya Dajjal. Ada beberapa hadist mengungkap tentang Imam Mahdi di antaranya adalah: "Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan" (HR Abu Dawud 9435).
"Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran), dan Allah berikan kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal, dan Allah beri kalian kemenangan" (HR Muslim 5161).
"Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membaiat Imam Mahdi secara paksa, maka ia diabaiat di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Kabah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah" (HR Abu Dawud 3737).
"Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbaiatlah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas dalju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al Mahdi" (HR Abu Dawud 4047).
Dalam sejarah kehidupan manusia Allah mengutus Rasul dan Nabi untuk memperbaiki tatanan masyarakat yang jahiliyah. Masyarakat yang zalim penuh dengan perbuatan angkara murka. Kejahatan dan perbuatan dosa yang menentang keesaan dan kekuasaan Allah.
Apakah "Ratu Adil" atau Satrio Piningit adalah seperti pemimpin yang ditunjuk oleh Allah melalui nabi dan mewarisi kepemimpinan nabi atau pemimpin yang ditunjuk oleh Allah sebagaimana yang terdapat di dalam Al Quran: "Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu". Mereka menjawab, "bagaimana Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekeyaan yang banyak". (Nabi) menjawab, "Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik". Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan Allah maha luas, maha mengetahui" (QS: Al Baqarah: 247).
"Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)" (QS: Al Qasas: 5).
Kemudian apakah "Ratu Adil" atau Satrio Piningit itu adalah para pemimpin yang mewarisi kepemimpinan nabi seperti para sahabat nabi yang menjadi khulafaur Rasyidin. Atau pemimpin seperti Umar Bin Abdul Azis yang termashur kepemimpinannya sebagai pemimpin yang amanah?
Tampaknya dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia yang masih terus menghadapi berbagai persoalan dan masalah terutama masalah krisis moral yang membawa bangsa Indonesia sebagai negara yang terkorup di dunia hingga menjadi suatu negeri yang disebut sebagai "negeri tuyul" dan banyaknya berbagai musibah dan bencana dan "Goro-goro" apakah telah memenuhi syarat akan munculnya pemimpin yang disebut sebagai "Ratu Adil" atau Satrio Piningit?
Kini dan di masa yang akan datang kita belum dapat memastikan bahwa para pemimpin Indonesia itu dapat disebut sebagai "Ratu Adil" atau Satrio Piningit. Kita hanya dapat memastikan bahwa Bangsa Indonesia kini dan di masa yang akan datang memiliki pemimpin yang disebut sebagai "Satrio Pinilih". Karena, pemimpin itu terpilih dan dipilih oleh rakyat melalui suatu mekanisme pemilihan umum yang demokratis.
Apakah kita Bangsa Indonesia boleh berharap akan datangnya "Ratu Adil" atau Satrio Piningit sebagai pemimpin yang masih tersembunyi dan siapa sebenarnya "Ratu Adil" atau Satrio Piningit itu?
Hanya Allah yang maha tahu, yang menguasai alam semesta dan segala isi dan segala rahasia yang terkandung di dalamnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar