Multi Supranatural Of Java

Estineng Cipto Marganing Mulyo

Minggu, 07 Januari 2018

Raden Wijaya - Raja Pertama Majapahit


Raden Wijaya (atau dikenal dengan Nararya Sanggramawijaya) yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang merupakan keturunan langsung dari wangsa Rajasa adalah pendiri dan raja pertama Majapahit

(1293-1309).



Asal-usul dan Keluarga



Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke 26 dari Kerajaan Sunda Galuh , dan Dyah Lembu Tal, seorang putri Singhasari.


Dyah Lembu Tal / Dyah Singhamurti

Ken Arok, raja pertama (1222-1227) Singhasari menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak: Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak: Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putri: Dyah Lembu Tal diberi gelar Dyah Singhamurti.




Rakeyan Jayadarma

Ia adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.



Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya.


Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.


Keluarga

Raden Wijaya kemudian menikah dengan empat puteri dari raja Kertanagara, yaitu: Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari), Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita), Pradnya Paramita (Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita), Gayatri (Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri) dan juga menikahi Dara Petak yang merupakan putri dari Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya



Dalam pernikahannya dengan kelima putri tersebut, hanya Dara Petak dan Gayatri yang memberikan keturunan. Dara petak melahirkan seorang putra, yaitu Kalagemet atau yang dikenal dengan Sri Jayanegara. Sedangkan Gayatri melahirkan dua orang putri yaitu: Sri Gitarja dan Dyah Wiyat


Berdirinya Kerajaan Majapahit


Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara. Sementara itu, di dalam negeri, Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Kertanagara meninggal dalam serangan Jayakatwang pada tahun 1292. Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama Aria Wiraraja ke Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk mendirikan kerajaan baru.


Atas anjuran Arya Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang yang tidak berprasangka apa-apa mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden diijinkan membuka hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan pasukan Madura, ia membersihkan hutan itu sehingga layak ditempati. Pada saat saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja yang banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya pahit. Sejak itu, daerah tersebut diberi nama "Majapahit".


Pada bulan November 1292, pasukan Mongol mendarat di Tuban dengan tujuan membalas perlakuan Kertanagara atas utusan Mongol. Namun, Kertanegara telah meninggal. Raden Wijaya memanfaatkan bersekutu dengan Mongol untuk menyerang Singhasari yang kini dikuasai Jayakatwang. Setelah kekuatan Jayakatwang dihancurkan, tahun 1293 Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol, dan akhirnya Mongol meninggalkan tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit bergelar Kertarajasa Jayawardhana, yang pusat istananya di daerah Trowulan (sekarang di wilayah Kabupaten Mojokerto).


Masa kekuasaan Raden Wijaya


Raden Wijaya dikenal memerintah tegas dan bijak. Aria Wiraraja yang banyak berjasa ikut mendirikan Majapahit, diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan. Nambi (putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi patih (perdana menteri), Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa Dhaha (Kadiri). Dijadikannya Nambi sebagai patih membuat Ranggalawe tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan.


Raden Wijaya digantikan oleh puteranya, Jayanagara.

Rabu, 02 Agustus 2017

SURAT YASIN AYAT 1 SAMPAI 10


Surah Yaa siin 1 

يس (1) 

Pada surah-surah sebelumnya telah dibicarakan mengenai awal surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad, yang pada kesimpulannya disebutkan bahwa pendapat yang terkuat menetapkan huruf-huruf abjad itu dimaksudkan sebagai peringatan untuk membangkitkan minat orang yang membacanya kepada hal-hal penting yang akan disebutkan dalam ayat-ayat sesudahnya. Akan tetapi dari riwayat Ibnu `Abbas diperoleh keterangan bahwa "Ya Sin" bermakna "Ya Insan" (Wahai manusia) yakni wahai Muhammad. Demikian pula pendapat Abu Hurairah, Ikrimah, Dahhak, Sofyan lbnu Uyainah dan Said Ibnu Jubair: "Ya Sin" itu kata mereka berasal dari logat Habsyah. Sedang Malik yang meriwayatkan dari Zaid bin Aslam menyebutkan arti Ya Sin ialah kependekan dari nama-nama Allah. Ada lagi yang berpendapat "Ya Sin" ringkasan dari kalimat "Ya Sayidah Basyar", yakni Nabi Muhammad sendiri. Atau ia adalah salah satu nama dari Alquran. 
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yaa siin 1 

يس (1) 

(Yaa siin) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya.

Surah Yaa siin 2

 Demi Al quran yang penuh hikmah,(QS. 36:2)

وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ (2) 

Allah bersumpah dengan Alquran yang penuh hikmah. Ada beberapa arti hikmah yang disarikan dari pendapat-pendapat ahli tafsir yakni : Lafal "hikmah" di sini muhkam, berarti yang telah pasti benarnya, dan tidak mungkin terdapat di dalamnya sesuatu yang batil (tidak benar) baik makna Lafal, tujuan, hikmah, kisah, hukumnya, dan lain-lain walaupun ditinjau dari segi apapun. "Hakim" adalah suatu sifat yang dimiliki oleh orang yang berakal (cerdas). Demikianlah halnya Alquran, dengan hikmah yang dikandungnya memberi bekal kehidupan manusia untuk menyucikan hati mereka dan memberi rasa kepuasan rohani, yang dengan kesucian hati dan kejernihan pikiran itu terbukalah rahasia-rahasia yang terkandung dalam alam ini. Alquran memberi bimbingan hidup yang penuh dengan kebijaksanaan, segala ajarannya berjalan harmonis dengan jalan pikiran yang sehat dan kehendak nafsu yang terkendalikan, yakni jalan pikiran yang menuju ke arah kemaslahatan.

sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,(QS. 36:3)

Surah Yaa siin 4
 
(yang berada) di atas jalan yang lurus,(QS. 36:4)

عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (4) 

(Yang berada di atas) berta'alluq kepada ayat sebelumnya (jalan yang lurus) jalannya para nabi sebelum kamu, yaitu jalan tauhid dan hidayah. Ungkapan yang memakai kata pengukuh sumpah dan pengukuh lainnya, dimaksud sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, yaitu sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd 43.)

(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Penyayang,(QS. 36:5)

Yaa siin 5 

تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (5) 

Agama Islam yang Alquran sebagai kitabnya itu berada pada garis yang lurus, turunnya dari Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Pengasih pada sekalian hamba Nya. Ayat ini dengan tegas menentukan kedudukan Alquran. yakni kitab suci yang berasal dari Allah, bukan kitab suci hasil karangan dan ciptaan manusia. Allah telah menyatakan kepada para hamba Nya agar memahami hakikat kitab suci yang diturunkan Nya, yaitu dari Zat Yang Maha Perkasa yang mengerjakan apa yang dikehendaki Nya, tetapi Dia juga Maha Penyayang kepada hamba Nya, dan kasih sayang itu tertuang dalam Alquran yang mengandung rahmat bagi manusia sekalian. Arti yang serupa dengan ayat ini adalah: 

وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم 

Artinya: 
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. As Syura: 52)

agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.(QS. 36:6)

Surah Yaa siin 6 

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6) 

Adapun hikmah diturunkannya Alquran itu antara lain untuk memberi peringatan kepada bangsa Arab yang belum pernah didatangi oleh Rasul, yang memberi kabar takut. Dalam ayat ini disebutkan kerusakan moril bangsa Arab dengan Lafal "lalai" yang menyebabkan kerusakan moral yang hebat, yang terdapat di dalam hati manusia. Hati yang lalai ialah hati yang tidak melaksanakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Mereka adalah bangsa Arab keturunan Ismail yang memang sebelumnya kepada mereka belum pernah dikirim seorang Rasulpun. Oleh karena itu mereka belum mengenal tata aturan (syariat) yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup bermasyarakat. Adapun lafal yang mengandung pengertian khusus ditujukan kepada bangsa Arab saja, tidak merubah maksud risalah yang sebenarnya, yakni tertuju kepada sekalian manusia, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain: 

قل يا أيها الناس إني رسول الله إليكم جميعا 

Artinya: 
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua". (Q.S. Al A'raf: 158) 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yaa siin 6 

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ (6) 

(Agar kamu memberi peringatan) dengan Alquran itu (kepada kaum) lafal Litundzira berta'alluq kepada lafal Tanziilun (yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan) mereka belum pernah diberi peringatan karena hidup di zaman fatrah atau zaman kekosongan nabi dan rasul (karena itu mereka) yakni kaum itu (dalam keadaan lalai) lalai dari iman dan petunjuk.

Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.(QS. 36:7)
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tengadah.(QS. 36:8)

Yaa siin 8 

إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ (8) 

Kemudian dilukiskan sebuah perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau beriman itu, seolah-olah belenggu telah di pasang di leher mereka, tangan diangkat sampai ke atas dagu. Hal demikian menyebabkan muka mereka selalu tertengadah. Demikianlah gambaran orang yang tidak beriman, karena dia tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengambil perbandingan. Belenggu itu demikian eratnya, sehingga tidak memungkinkan kepalanya bergerak (mengangguk-angguk) sama sekali. Di ayat lain di jumpai pula keterangan: 

ولو اتبع الحق أهواءهم لفسدت السماوات والأرض ومن فيهن بل آتيناهم بذكرهم فهم عن ذكرهم معرضون 

Artinya: 

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka, tetapi mereka berpaling dan kebanggaan itu. (Q.S. Al Mu'minun: 31) 
Menurut riwayat, ayat ini pada mulanya diturunkan sehubungan dengan niat Aba Jahal bersama dua orang rekannya berasal dari Bani Makhzum. Abu Jahal pernah bersumpah bila dia melihat Muhammad sedang salat di Baitulah, ia akan menjatuhkan batu besar ke atas kepalanya. Demikianlah pada suatu hari dilihatnya Nabi sedang sujud di tangannya sudah tersedia batu yang cukup besar. Ketika batu itu diangkatnya dan akan dilemparkan ke arah Nabi, yang sedang sujud itu, ia jadi ragu-ragu dan batu itu terlepas dari kepalan tangannya. Abu Jahal kembali kepada kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi. Kemudian ada pula seorang Bani Makhzum karena tertarik dengan cerita Abu Jahal, bermaksud pula melempar Nabi waktu beliau akan salat. Ketika ia hendak melaksanakan niat jahatnya, Allah membutakan matanya. Ia kembali kepada kaumnya dalam keadaan buta, barulah ia mengenal siapa yang menegurnya waktu ia mendengar suara (orang yang memanggilnya). Dia menceritakan bahwa ketika hendak melaksanakan niatnya tiba-tiba muncul seekor binatang besar (unta?) yang siap hendak menerkamnya. Andaikata batu saya lemparkan juga, pastilah binatang itu menerkam saya. Ada yang mengatakan bahwa makna belenggu di sini adalah arti majazi (kiasan). Jadi maksudnya belenggu (penghalang) yang menghalangi niat seseorang untuk beriman kepada Allah SWT.

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.(QS. 36:9)

Yaa siin 9 

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ (9) 

Kemudian digambarkan pula bahwa orang-orang yang tidak beriman itu memandang baik amal-amal jahat yang mereka kerjakan. Hal demikian menyebabkan mereka menjadi takjub dan sombong, sehingga mereka enggan mengikuti Rasul. Pikirannya tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat mendatangkan manfaat, karena itu tidaklah ada yang bisa mereka pahami kecuali apa yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka saja. Ringkasnya mereka selalu berada dalam penjara kebodohan, seolah-olah ada dinding tembok yang memisahkan mereka dengan hati mereka hingga tidak bisa berpikir dan merenungkan dalil-dalil kebenaran ajaran yang dibawa Rasul itu. Ada pula yang mengartikan dinding yang menghalangi itu dengan hijab, hingga berarti Allah menjadikan hijab yang menghalangi orang-orang musyrik untuk menyakiti Rasul. Sedang mata yang tertutup diartikan, mereka tidak bisa mengindra dengan baik sesuatu yang dilihatnya, dan tidak satupun petunjuk yang dapat meluruskan pikiran mereka.

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.(QS. 36:10)

Yaa siin 10 

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (10) 

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa menerima petunjuk itu walaupun diancam Allah dengan siksaan yang keras ataupun tidak diancam namun semua pengajaran itu akan percuma saja. Sebab hati mereka sebenarnya sudah terpateri mati tidak dapat menerima petunjuk. Hal yang demikian disebabkan pikiran mereka tidak sanggup lagi memikirkan kebenaran yang disampaikan orang, dan mata mereka sudah buta dari kebenaran itu. Ringkasnya siapa yang telah ditetapkan Allah kesesatannya tidak mungkin lagi bermanfaat bagi dirinya sendiri segala nasihat yang disampaikan orang. Allah SWT berfirman: 

إن الذين كفروا سواء عليهم ءأنذرتهم أم لم تنذرهم لا يؤمنون ختم الله على قلوبهم وعلى سمعهم وعلى أبصارهم غشاوة ولهم عذاب عظيم 

Artinya: 

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Q.S. Al Baqarah: 6-7) 
Dan firman-Nya: 

إن الذين حقت عليهم كلمت ربك لا يؤمنون 

Artinya: 

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (Q.S. Yunus: 96) 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yaa siin 10 

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (10) 

(Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka) dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil (ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.)

Selasa, 14 Februari 2017

" PANGANDIKANING GURU SEJATI " 


Kito iki urip kang diarani Jumeneng Manungso tinitah ing Alam Padhang ( Jagad Raya ). Kudu sumurup artining PATRAP TRAPING SUSILO ” ateges Toto Kromo, Toto, Titi, Titis,Nastiti, Ngati-ati,Duga-Prayogo, Temen,Sabar,Tawekal, Nerimo,Tatag,Ikhlas, Sumeleh,Hening,Heneng, Awas Heneng lan Eling serto Waspodho. 
Ojo podho kleru tompo, sebab kabeh kuwi wus diatur dening ” PONCO DRIYO “. Mungguh kito urip sipating Manungso asal soko DUMADI lan PAMBUDI…!!. Yo iku kang diarani PANGERAN SANYOTO kuwi tegese WUJUD kito YEKTI. Mulo soko iku kito jeneng wong kang NGAURIP, Lumaku satindak kudu ” NGAWERUHI HANANIRO “, ajo demen LELEMERAN, kudu SETYO TUHU marang GESANGIRO lan KAPITAYAN marang badaniro dhewe mungguh lungguhe AKU. Mulo ora gampang yo ora angel mungguh lakuning Manungso ( Jalmo ), sakbiso-biso ojo NYIDRANI JANJINIRO kang wus KAWIJIL.

Sabdo PANDHITO WATAK UTOMO : Yen cidro temahing BILAHI. Kito temen bakal TINEMU. Kito BECIK KETITIK. Kito OLO KETORO.

Mulane mumpung kito isih GESANG ( urip ). Ayo podho NGUDI NGELMU kang SANYOTO ing endi lungguhing ELMU margane poro Sanak Kadang samiyo NGUDI TUWUH kudu TUMINDAK : SAROJO, TRISNO, SETYO, TUHU, PRASOJO lan UTOMO Jerjering Manungso. 
Hananing PAMBUDI margo soko DUMADI, Banjur biso muncul unen-unen sing diarani ” ELMU lan NGELMU ” dumunung ono ing PONCO DRIYO. Ponco Driyo iki kang biso ngukir SEKABEHING Kabudayan. Mulo Jaman kuno makunaning diarani JAMAN KABUDAN. Banjur kuwi sakwuse kang aran Agomo BUDHA. Lah Budha iku ” BUDI sawise BUDI KABUDAYAN ” pokok sekabehing Kabudayan iku diatur dening PONCO DRIYO…!! 

Sejatining kang aran AGOMO kuwi yo BUSONO, AGEMAN yo kang aran KUNCI SEJATI. Mulo ing kene kito aturake, mungguh ananing dumadi banjur hanane PANGERAN SANYOTO. Banjur ono tembung kang aran A, I, U, tegese AKU, IKI, URIP. Ananing URIP ono sing NGURIPI. Ananing AKU ( Kawulo ) sebab ananing GUSTI, yen yo ora GUSTI wis mesti ora ono Kawulo. Sawise mengko banjur kawijil ” ROSO-PANGROSO, biso MUNO lan MUNI, terus kabeh mau diatur dening PONCO DRIYO. 

Ananing ELMU lan NGELMU, Sir Kawulo maneges marang Gusti banjur ono WUJUD MAKNA sing diarani SIDIKORO, MANEKUNG lan SEMEDI.
Punten..punten… poro Sanak Kadang sedoyo calon-calon SP ( Satriyo Paningit ) Kang wus podho Winarah lan Winasis…Kang hamengku Bumi Nuswantoro. Semoga Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini segera bangkit dari keterpurukan MORAL, karena kita-kita ini ( terutama adalah saya pribadi ) sudah bergeser menjadi sosok manusia yang LUPA dan LALAI akan ” Sangkan Paraning Dumadi ” sehingga telah menjadi manusia yang tidak menjadi DIRINYA SENDIRI karena kita-kita lupa pada KESUJATIAN DIRI.

SERAT SABDO JATI






SERAT SABDO JATI

RADEN Mas Ngabehi Ronggowarsito. Demikian nama salah seorang pujangga terkenal yang pernah menorehkan jejak gemilang dalam kesusastraan Jawa di abad 19. Namanya senantiasa dikenang sebagai pujangga besar yang karya-karyanya tetap abadi hingga kini.
Dari tangan pujangga asal Keraton Surakarta ini lahir berbagai karya sastra bermutu tinggi yang sarat nilai kemanusiaan.
Buku-bukunya antara lain membahas falsafah, ilmu kebatinan, primbon, kisah raja, sejarah, lakon wayang, dongeng, syair, adat kesusilaan, dan sebagainya. Namun sebagian masyarakat Jawa, terutama rakyat jelata, sering mengidentikkan Ronggowarsito dengan karangan-karangan yang memadukan kesusastraan dengan ramalan yang penuh harapan, perenungan dan perjuangan.

Dilahirkan pada 15 Maret 1802 dengan nama asli Bagus Burham. Ayahnya seorang carik Kadipaten Anom yang bernama Raden Mas Pajangswara. Ibunya Raden Ayu Pajangswara merupakan keturunan ke-9 Sultan Trenggono dari Demak.
Bakat dan keahliannya dalam bidang kesusastraan semakin terasah dengan bimbingan kakeknya Raden Tumenggung Sastronegoro. Semenjak kecil, ia dibekali ajaran Islam dan pengetahuan yang bersandar pada ajaran kejawen, Hindu, Budha, serta ilmu kebatinan.


Karya-karya besarnya yang terkenal sampai saat ini adalah Serat Kalatidha yang berisi gambaran zaman penjajahan yang disebut “zaman edan”. Ada kitab Jaka Lodhang yang berisi ramalan akan datangnya zaman baik, serta Sabdatama yang berisi ramalan tentang sifat zaman makmur dan tingkah laku manusia yang tamak.Menjelang akhir hayatnya, Ronggowarsito menulis buku terakhir Sabdajati yang di antaranya berisi ramalan waktu kematiannya sendiri. Buku ini pun berisi ucapan perpisahan dan permohonan pamit karena Ki Pujangga akan segera meninggalkan dunia fana ini.
Pada 24 Desember 1873, pujangga besar dari tanah Jawa itu meninggal dunia dengan tenteram. Tempat peristirahatan terakhirnya terletak di Palar, sebuah desa kecil di wilayah Klaten-Jogjakarta. 

Hawya pegat ngudiya Ronging budyayu
Margane suka basuki
Dimen luwar kang kinayun
Kalising panggawe sisip
Ingkang taberi prihatos
Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan,
agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita,
terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin.
Ulatna kang nganti bisane kepangguh
Galedehan kang sayekti
Talitinen awya kleru
Larasen sajroning ati
Tumanggap dimen tumanggon
Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama,
intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan didalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu.
Pamanggone aneng pangesthi rahayu
Angayomi ing tyas wening
Eninging ati kang suwung
Nanging sejatining isi
Isine cipta sayektos
Dapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan,
mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini kosong namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati.
Lakonana klawan sabaraning kalbu
Lamun obah niniwasi
Kasusupan setan gundhul
Ambebidung nggawa kendhi
Isine rupiah kethon
Segalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran.
Sebab jika bergeser (dari hidup yang penuh kebajikan)
akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul,
yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.
Lamun nganti korup mring panggawe dudu
Dadi panggonaning iblis
Mlebu mring alam pakewuh
Ewuh mring pananing ati
Temah wuru kabesturon
Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan,
sudah jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan kesulitas-kesulitan, kerepotan-kerepotan, tidak dapat berbuat dengan itikad hati yang baik,
seolah-olah mabuk kepayang.
Nora kengguh mring pamardi reh budyayu
Hayuning tyas sipat kuping
Kinepung panggawe rusuh
Lali pasihaning Gusti
Ginuntingan dening Hyang Manon
Bila sudah terlanjur demikian tidak tertarik terhadap perbuatan yang menuju kepada kebajikan. Segala yang baik-baik lari dari dirinya, sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek.
Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.
Parandene kabeh kang samya andulu
Ulap kalilipen wedhi
Akeh ingkang padha sujut
Kinira yen Jabaranil
Kautus dening Hyang Manon
Namun demikian yang melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir, tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sehingga yang jahat disukai dianggap utusan Tuhan.
Yeng kang uning marang sejatining dawuh
Kewuhan sajroning ati
Yen tiniru ora urus
Uripe kaesi-esi
Yen niruwa dadi asor
Namun bagi yang bijaksana, sebenarnya repot didalam pikiran
melihat contoh-contoh tersebut. Bila diikuti hidupnya akan
tercela akhirnya menjadi sengsara.


Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung
Anggelar sakalir-kalir
Kalamun temen tinemu
Kabegjane anekani
Kamurahane Hyang Manon
Itu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.
Hanuhoni kabeh kang duwe panuwun
Yen temen-temen sayekti
Dewa aparing pitulung
Nora kurang sandhang bukti
Saciptanira kelakon
Segala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan setulus hati.
Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.
Ki Pujangga nyambi paraweh pitutur
Saka pengunahing Widi
Ambuka warananipun
Aling-aling kang ngalingi
Angilang satemah katon
Sambil memberi petuah Ki Pujangga juga akan membuka selubung yang termasuk rahasia Tuhan, sehingga dapat diketahui.
Para jalma sajroning jaman pakewuh
Sudranira andadi
Rahurune saya ndarung
Keh tyas mirong murang margi
Kasekten wus nora katon
Manusia-manusia yang hidup didalam jaman kerepotan,
cenderung meningkatnya perbuatan-perbuatan tercela,
makin menjadi-jadi, banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan
diatas riil kebenaran, keagungan jiwa sudah tidak tampak.
Katuwane winawas dahat matrenyuh
Kenyaming sasmita sayekti
Sanityasa tyas malatkunt
Kongas welase kepati
Sulaking jaman prihatos
Lama kelamaan makin menimbulkan perasaan prihatin, merasakan ramalan tersebut,
senantiasa merenung diri melihat jaman penuh keprihatinan tersebut.
Waluyane benjang lamun ana wiku
Memuji ngesthi sawiji
Sabuk tebu lir majenum
Galibedan tudang tuding
Anacahken sakehing wong
Jaman yang repot itu akan selesai kelak bila sudah mencapat tahun 1877
(Wiku=7, Memuji=7, Ngesthi=8, Sawiji=1. Itu bertepatan dengan tahun Masehi 1945).
Ada orang yang berikat pinggang tebu perbuatannya seperti orang gila, hilir mudik menunjuk kian kemari, menghitung banyaknya orang.
Iku lagi sirap jaman Kala Bendu
Kala Suba kang gumanti
Wong cilik bisa gumuyu
Nora kurang sandhang bukti
Sedyane kabeh kelakon
Disitulah baru selesai Jaman Kala Bendu. Diganti dengan jaman Kala Suba.
Dimana diramalkan rakyat kecil bersuka ria, tidak kekurangan sandang dan makan seluruh kehendak dan cita-citanya tercapai.
Pandulune Ki Pujangga durung kemput
Mulur lir benang tinarik
Nanging kaseranging ngumur
Andungkap kasidan jati
Mulih mring jatining enggon
Sayang sekali “pengelihatan” Sang Pujangga belum sampai selesai, bagaikan menarik benang dari ikatannya.
Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampir
datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini.
Amung kurang wolung ari kang kadulu
Tamating pati patitis
Wus katon neng lokil makpul
Angumpul ing madya ari
Amerengi Sri Budha Pon
Yang terlihat hanya kurang 8 hari lagi, sudah sampai waktunya, kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon.
Tanggal kaping lima antarane luhur
Selaning tahun Jimakir
Taluhu marjayeng janggur
Sengara winduning pati
Netepi ngumpul sak enggon
Tanggal 5 bulan Sela
(Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu,
Windu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873)
kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukan
sang Pujangga kembali menghadap Tuhan.
Cinitra ri budha kaping wolulikur
Sawal ing tahun Jimakir
Candraning warsa pinetung
Sembah mekswa pejangga ji
Ki Pujangga pamit layoti
Karya ini ditulis dihari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jim, akhir 1802.
(Sembah=2, Muswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi 1873).

Selasa, 13 September 2016

Asal Usul Desa Elaar



Sebuah Desa Yang Menyimpan Sejarah Pembentukan Hukum Adat Larvul Ngabal

Elaar adalah sebuah desa di pesisir timur Pulau Kei Kecil yang nenek moyangnya diasal usulkan (utin kain) dari pulau Seram, Luang Sermata, dan Luang Maubes. Desa ini bernama Desa Ohoilim yang terdiri dari lima marga bsar, yakni Marga Oat, Renngifur, Renoat, Fodubun, dan Labet-Umad. Kelima marga ini berasal dari Tiga marga besar (loo I tel atau tiga mata rumah) yaitu mata rumah penduduk asli yaitu mata rumah yang berasal dari keturunan Ngurkud oat, yang menurunkan Marga Oat dan Renngifur, mata rumah pendatang dari Luang yakni Turunan Faliw dari Luang Sermata yang menurunkan Marga Renoat, Wuaha Sobyar dari Maubes yang menurunkan Marga Fodubun, dan mata rumah pendatang dari Seram Gorom yakni Yamlim serta seorang adik lelaki yang menurunkan Labet dan Umad. Kedua marga inilah yang akhirnya menurunkan turunan terbesar di Desa Elaar yang bermarga Labetubun dan Madubun.

Penguasa daerah ini disebut Jingraw I adalah Ngurkud Oat dengan Womanya adalah Kot El, Lodar El (gerbang pemerintahan dan pusat perkawinan). Ketika Yamlim dan adiknya pertama dating, mereka menggunakan sebuah kulit siput besar dengan perbekalannya adalah sagu. Sampai di tepi pantai mereka melihat ada sungai kecil yang mengalir ke laut, maka mereka masuk dengan menyusuri sungai tersebut sampai kehulunya. Di hulu sungai inilah mereka berdiam di sebuah goa kecil dan menanam beberapa anakan pohon sagu untuk menjaga sumber air di sekitar hulu sungai. Sungai tersebut diberi nama sungai Yamlim dan Goa kecil tersebut sebagai Goa Yamlim, dipenuhi dengan tanaman sagu sebagai makanan pokok kedua setelah enbal dan umbi-umbian lainnya.

Ketika orang kampong pergi berburu, mereka ditemukan karena lolongan anjing pemburu. Mereka kemudian dibawah menghadap penguasa saat itu yakni Jingraw I yang dijabat oleh Ngurkud Oat. Penduduk akhirnya melapor kepada Jangraw I yakni Ngurkud Oat tentang keadaan dari kedua lelaki tersebut. Mereka kemudian ditanya asal usul mereka dan maksud kedatangan mereka. Melalui beberapa tes yang dilakukan oleh Ngurkud Oat dan sebuah sumpahan bahwa jika benr kamu orang baik-baik, maka keturunanmu akan seperti bunga mangga ( yang saat itu lagi berbunga) dan jika tidak keturunanmu akan punah bagaikan kembang mangga di musin hujan. Akhirnya Yamlim diterima oleh Ngurkud Oat dalam suatu pengawasan yang ketat.mereka sering diajak berburu bersama oleh penduduk kampung, ternyata Yamlim dan adiknya sangat pandai dalam hal memnah dan menggunakan pedang/parang.

Arti, Makna dan Hakikat Idul Adha Qurban


Arti, Makna dan Hakikat Idul Adha Qurban ;

Islamcendekia.com - Banyak ulama yang mencoba membaca arti, makna, dan hakikat idul adha qurban, namun tak banyak yang menyuguhkan tafsir idul adha qurban yang komprehensif sehingga menjadi satu nilai pembelajaran dari peristiwa penyembelihan qurban oleh Nabi Ibrahim kepada anaknya, Nabi Ismail. Hampir semua media online Islam sebatas menjelaskan arti, makna dan hakikat idul adha qurban sebagai bentuk keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.

Selain makna idul adha qurban itu, sepertinya agak susah mencari arti dan hakikat ibadah idul adha qurban yang paling mendasar, mengakar, dan mendalam agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, redaksi Islamcendekia.com mencoba melakukan penelusuran akademis berbasis tasawuf untuk mendapatkan arti, makna, dan hakikat ibadah idul adha qurban.

Sejarah Qurban Idul Adha ;

Sejarah qurban idul adha dijelaskan secara singkat dan jelas dalam Al Quran Surat As Shoffat ayat 102. Dalam QS AS Shoffat tersebut bisa diceritakan sejarah qurban adalah sebagai berikut. Saat Ismail berusia remaja, ayahnya Ibrahim memanggil Ismail (Anak Ibrahim) untuk mendiskusikan sesuatu.

Senin, 12 September 2016

Asal Usul Rawa Pening 


Rawa Pening adalah sebuah Danau yang merupakan salah satu Obyek Wisata Air di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan terendah antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Rawa Pening memiliki ukuran sekitar 2.670 hektar yang menempati empat wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Menurut cerita, Danau ini terbentuk akibat suatu peristiwa yang pernah terjadi di daerah tersebut.

Berikut kisahnya dalam cerita Legenda Rawa Pening.
Pada jaman dahulu kala, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta yang dikenal pemurah dan suka menolong sehingga sangat dihormati oleh masyarakat. Sayangnya, mereka belum mempunyai seorang anak. Meskipun demikian, Ki Hajar dan istrinya selalu hidup rukun. Setiap menghadapi permasalahan, mereka selalu menyelesaikannya melalui musyawarah. Suatu hari, Nyai Selakanta duduk termenung seorang diri di depan rumahnya. Tak lama kemudian, Ki Hajar datang menghampiri dan duduk di sampingnya.

“Istriku, kenapa kamu terlihat sedih begitu?” tanya Ki Hajar. Nyai Selakanta masih saja terdiam. Ia rupanya masih tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari keberadaan sang suami di sampingnya. Ia baru tersadar setelah Ki Hajar memegang pundaknya. “Eh, Kanda,” ucapnya dengan terkejut. “Istriku, apa yang sedang kamu pikirkan?” Ki Hajar kembali bertanya. “Tidak memikirkan apa-apa, Kanda. Dinda hanya merasa kesepian, apalagi jika Kanda sedang pergi. Sekiranya di rumah ini selalu terdengar suara tangis dan rengekan seorang bayi, tentu hidup ini tidak sesepi ini,” ungkap Nyai Selakanta, “Sejujurnya Kanda, Dinda ingin sekali mempunyai anak. Dinda ingin merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.”

Rabu, 03 Agustus 2016

BIOGRAFIE SOESOEHOENAN PAKOE BOEWONO III

SAMPEYAN DALEM HINGKANG SINUHUN KANGDJENG SUSUHUNAN PAKOEBOEWANA SENAPATI ING NGALAGA ABDULRACHMAN SAYIDIN PANATA GAMA KALIFATULAH HINGKANG KAPING III  DI NAGARA KARATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT
                                          
Putra Sri Susuhunan Pakoeboewana II no.5 dari Istri Permaisuri G.K.Ratu Mas (putrid dari G.P.Panembahan Puruboyo, Adipati Lamongan putra Sri Susuhunan PB.I. Mempunyai nama kecil B.R.M.G.Suryadi


Alur Silsilah Sri Susuhunan Pakoeboewana III dari Ibunda G.K.Ratu Mas,adalah :

1.      Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung dari Mataram, berputra 
2.      Sampeyandalem Hingkang Sinuhun Pakoeboewana I di Kartasura, berputra 
3.      G.P.Panembahan Puruboyo, Adipati Lamongan, nama kecil G.R.M.Sasongko, berputra 
4.      G.K.Ratu Mas, istri Permaisuri Hingkang Sinuhun Pakoeboewana II di Kartasura, berputra
5.     Sampeyan dalem Hingkang Sinuhun Kangdjeng Susuhunan Pakoeboewana III, bernama kecil             
         ( B.R.M.G. Suryadi, putra no.5 di Surakarta Hadiningrat )