Makam Sunan Geseng yang terletak di Dukuh Suro, Desa Seren, Kecamatan Sulang, hingga saat ini masih kerap didatangi para peziarah baik dari dalam maupun luar kota Rembang. Umumnya mereka yang datang ke tempat tersebut berharap mendapatkan berkah dari sang sunan melalui ranting kering atau daun kering pohon jati yang berdiri di dekat makam.
Lantas siapakah sebenarnya Sunan Geseng yang disekitar pusaranya terdapat jati raksasa yang keramat? Banyak versi yang beredar terkait ceritera tersebut. Sebagian masyarakat sekitar meyakini bahwa tokoh sakti yang makamnya dikeramatkan tersebut adalah murid Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Dahlan Jaya Wilastro atau yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Bunnabrang.
Pangeran Bunnabrang dikenal merupakan sosok yang kontroversial semasa hidupnya. Ia merupakan bekas punggawa kerajaan Mataram yang melarikan diri. Konon pelariannya tersebut lebih disebabkan karena adanya konflik kepentingan antara dirinya dengan beberapa tokoh penting Mataram saat itu.
Agar terhindar dari pengejaran, Pangeran Bunnabrang sampai juga di hutan belantara yang selanjutnya dikenal dengan nama Suro. Di Suro itulah, Pangeran Bunnabrang sempat bertemu dan kemudian berguru pada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Selanjutnya ia dan istrinya yang bernama Jonggrang beserta lima pengikutnya yang turut serta dalam pelarian dari Mataram mendirikan rumah sebagai tempat tinggal dan Surau kecil untuk berdakwah. Di Sanalah Pangeran Bunnabrang memulai hidupnya yang baru sebagai pemulang agama.
Pangeran Bunnabrang diyakini Warga Dukuh Suro, Desa Seren, Kecamatan Sulang sebaga tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Sepanjang hayatnya, ia mengabdikan diri untuk menyebarkan ajaran Islam. Hingga akhirnya sang pangeran pun berpulang ke haribaan ilahi.
Pangeran Bunnabrang kemudian dimakamkan persis di bawah pohon jati. Sedangkan istri dan lima pengikutnya, juga dimakamkan di tempat yang sama.
Nama Sunan Geseng sendiri diambil dari kata gosong atau hangus. Konon ceritanya, kala itu Pangeran Bunnabrang yang kebetulan bertemu dengan Sunan Kalijaga merasa tertarik dan hendak berguru kepadanya.
Selanjutnya, oleh Sunan Kalijaga ia diperintahkan agar duduk bersemedi di suatu tempat yang ditunjuk oleh kanjeng sunan. Pangeran Bunabrang tidak diperkenankan beranjak dari tempat dudukya sebelum Sunan Kalijaga datang kembali kepadanya.
Lantas Pangeran Bunnabrang pun melakukan perintah tersebut dengan senang hati. Selang beberapa tahun lamanya, barulah Sunan Kalijaga datang untuk mencari muridnya tersebut.
Namun karena waktu yang terlalu lama, tempat yang digunakan bersemedi Pangeran Bunnabrang tersebut telah berubah menjadi semak belukar. Karena kesulitan mencari sang murid yang tak kunjung ditemukan, lantas Sunan Kalijaga akhirnya membakar semak belukar tersebut.
Semua semak belukar ludes menjadi abu dan bercampur tanah. Sampai kemudian Pangeran Bunnabrang dapat ditemukan dalam keadaan hangus. Namun berkat kesaktiannya, Pangeran Bunnabrang masih tetap hidup dan dalam keadaan segar bugar.
Semenjak itulah, Pangeran Bunnabrang yang berdakwah di daerah tersebut populer dengan julukan Sunan Geseng. Dan hingga saat ini, kebenaran kisah tersebut masih terpatri di benak warga Soro, Seren Kecamatan Sulang. Tentang kebenarannya, Wallohu a’lam
Lantas siapakah sebenarnya Sunan Geseng yang disekitar pusaranya terdapat jati raksasa yang keramat? Banyak versi yang beredar terkait ceritera tersebut. Sebagian masyarakat sekitar meyakini bahwa tokoh sakti yang makamnya dikeramatkan tersebut adalah murid Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Dahlan Jaya Wilastro atau yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Bunnabrang.
Pangeran Bunnabrang dikenal merupakan sosok yang kontroversial semasa hidupnya. Ia merupakan bekas punggawa kerajaan Mataram yang melarikan diri. Konon pelariannya tersebut lebih disebabkan karena adanya konflik kepentingan antara dirinya dengan beberapa tokoh penting Mataram saat itu.
Agar terhindar dari pengejaran, Pangeran Bunnabrang sampai juga di hutan belantara yang selanjutnya dikenal dengan nama Suro. Di Suro itulah, Pangeran Bunnabrang sempat bertemu dan kemudian berguru pada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Selanjutnya ia dan istrinya yang bernama Jonggrang beserta lima pengikutnya yang turut serta dalam pelarian dari Mataram mendirikan rumah sebagai tempat tinggal dan Surau kecil untuk berdakwah. Di Sanalah Pangeran Bunnabrang memulai hidupnya yang baru sebagai pemulang agama.
Pangeran Bunnabrang diyakini Warga Dukuh Suro, Desa Seren, Kecamatan Sulang sebaga tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Sepanjang hayatnya, ia mengabdikan diri untuk menyebarkan ajaran Islam. Hingga akhirnya sang pangeran pun berpulang ke haribaan ilahi.
Pangeran Bunnabrang kemudian dimakamkan persis di bawah pohon jati. Sedangkan istri dan lima pengikutnya, juga dimakamkan di tempat yang sama.
Nama Sunan Geseng sendiri diambil dari kata gosong atau hangus. Konon ceritanya, kala itu Pangeran Bunnabrang yang kebetulan bertemu dengan Sunan Kalijaga merasa tertarik dan hendak berguru kepadanya.
Selanjutnya, oleh Sunan Kalijaga ia diperintahkan agar duduk bersemedi di suatu tempat yang ditunjuk oleh kanjeng sunan. Pangeran Bunabrang tidak diperkenankan beranjak dari tempat dudukya sebelum Sunan Kalijaga datang kembali kepadanya.
Lantas Pangeran Bunnabrang pun melakukan perintah tersebut dengan senang hati. Selang beberapa tahun lamanya, barulah Sunan Kalijaga datang untuk mencari muridnya tersebut.
Namun karena waktu yang terlalu lama, tempat yang digunakan bersemedi Pangeran Bunnabrang tersebut telah berubah menjadi semak belukar. Karena kesulitan mencari sang murid yang tak kunjung ditemukan, lantas Sunan Kalijaga akhirnya membakar semak belukar tersebut.
Semua semak belukar ludes menjadi abu dan bercampur tanah. Sampai kemudian Pangeran Bunnabrang dapat ditemukan dalam keadaan hangus. Namun berkat kesaktiannya, Pangeran Bunnabrang masih tetap hidup dan dalam keadaan segar bugar.
Semenjak itulah, Pangeran Bunnabrang yang berdakwah di daerah tersebut populer dengan julukan Sunan Geseng. Dan hingga saat ini, kebenaran kisah tersebut masih terpatri di benak warga Soro, Seren Kecamatan Sulang. Tentang kebenarannya, Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar