Sebuah goresan tentang Rahasia Allah taala
IMAM al Fakhr Al-Razi menulis di dalam tafsirnya yang terkenal “Al Tafsir Al Kabir”.
yang dikenal pula dengan nama kitab Mafatih al Gaib .
1.Allah SWT merahasiakan ridhaNya di antara semua ketaatan yang dilakukan oleh setiap hambaNya, dimaksudkan agar sang hamba gandrung untuk berbuat taat. Oleh karenanya janganlah Anda meremehkan suatu ketaatan, sekecil apa pun ketaatan itu jika Anda mampu mengamalkannya, amalkan, siapa tahu lewat ketaatan yang kecil itu Anda mendapatkan ridhaNya.
2.Allah SWT merahasiakan murkaNya di antara semua kemaksiatan yang dilakukan oleh seorang hamba, agar sang hamba menjauhi semua kemaksiatan tersebut.
Oleh karenanya sekecil apa pun suatu kemaksiatan jangan Anda remehkan, karena Anda anggap remeh lalu Anda kerjakan. Siapa tahu, lewat kemaksiatan yang Anda anggap kecil itu Anda mendapat murka Ilahi.
Oleh karenanya sekecil apa pun suatu kemaksiatan jangan Anda remehkan, karena Anda anggap remeh lalu Anda kerjakan. Siapa tahu, lewat kemaksiatan yang Anda anggap kecil itu Anda mendapat murka Ilahi.
3.Allah SWT merahasiakan para waliNya di antara semua manusia, agar masing-masing manusia menghormati sesamanya. Oleh karenanya, janganlah Anda merendahkan orang lain, siapa tahu orang yang Anda rendahkan itu termasuk wali (orang yang disayang) Allah SWT, sedangkan Anda merendahkan martabatnya.
4.Allah SWT merahasiakan ijabah (perkenan)Nya di antara semua do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba, agar si hamba benar-benar meminta dalam do’anya, kapan pun dimana pun dan keperluan apa pun. Siapa tahu lewat sebuah do’a yang sepertinya remeh, padahal di situlah Allah SWT menurunkan ijabah (perkenan)Nya. Oleh karena itu betul-betullah Anda bila memanjatkan sebuah do’a.
5.Allah SWT merahasiakan Ismuhu Al Azham (nama AgungNya); agar manusia memuliakan semua nama-nama TuhanNya itu. Karenanya janganlah menganggap enteng satu nama Tuhan di antara nama-namaNya itu, siapa tahu nama yang ia remehkan itu adalah namaNya yang agung.
6.Allah SWT merahasiakan shalat al Wustha (shalat yang sangat besar nilainya) di antara shalat lima waktu, agar supaya sang hamba selalu benar-benar memelihara semua shalat yang fardhu itu.
7.Allah SWT merahasiakan diterimanya taubat seorang hamba, agar si hamba selalu benar benar dalam taubatnya dan selalu memelihara syarat taubat.
8.Allah AWT merahasiakan waktu kematian bagi seseorang, agar setiap manusia selalu mawas diri dan siap menghadapi kematian. Dengan itu ia takut berbuat maksiat dan gandrung berbuat taat. Sekecil apa pun maksiat; hindarkan! Siapa tahu pada saat seseorang mengerjakan kemaksiatan yang dianggapnya kecil, padahal waktu itulah akhir hayatnya. Jika demikian, ia meninggal dalam “Su’u al-Khatimah” (jelek akhir kehidupan). Ini yang amat ditakuti oleh orang-orang yang mawas diri. Sebaliknya, sekecil apa pun kebajikan; jika mampu mengerjakannya, kerjakan! Siapa tahu, pada saat mengerjakan kebajikan yang sedikit itu, waktu itulah akhir hayatnya. Jika demikian, ia meninggal dalam “Husnu al_khatimah” (baik pada akhir kehidupan).
Inilah yang didambakan oleh orang-orang yang bijak dan mawas diri dalam kehidupan. Orang yang demikian bisa disebut sebagai “muttaqin”.
Inilah yang didambakan oleh orang-orang yang bijak dan mawas diri dalam kehidupan. Orang yang demikian bisa disebut sebagai “muttaqin”.
9.Demikian pula, Allah SWT merahasiakan kapan datangnya “Lailah al Qadr” (di bulan ramadhan) yang nilai beramal padanya lebih baik dari seribu bulan; agar sang hamba beramal purna pada seluruh malam-malam Ramadhan, siapa tahu malam yang ia beramal padanya, itulah “Lailah al Qadr” yang didambakan oleh orang-orang yang konsen terhadap akhirat.
semoga kita selalu bersemangat mendekatkan diri kita istiqomah kepada Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar